Jumat, 01 April 2011

MAKALAH


Kata Pengantar
          Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,  karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Management Sistem pengolahan Bahan Makanan
       Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam  pemahaman masalah system pengolahan bahan bahan makanan baik secara umum maupun secara sistematik.
Dalam makalah kami ini ada beberapa kekurangan nya, oleh dosen matakuliah FOOD PRODUCTION MANAGEMENT agar dapat memakluminya.









Management Sistem Pengolahan Bahan Makanan
A.    Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehinngga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan atau petanyaan yang timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan, bahan pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi manusia?
Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makaan dalam mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi. Problematika mendasar pengolahan makanan yang dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan pengolahan bahan pangan terabaikan, Industri makanan sebagai pelaku penyedia produk makanan seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya berorientasi profit oriented dalam menyediakan berbagai produk di pasar sehinngga hal itu membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahan dalam pengolahan bahan makanan untuk masyarakat diantaranya seperti kasusu penggunaan belpagai bahan tambahan makanan yang seharusnya tidak layak dikosumsi,
Kasus yang paling menyeruak dikalangan masyarakat baru-baru ini ialah penggunaan formalin dan borak dibeberapa produk makanan pokok masyarakat dengan bebrbagai dalih untuk menambah rasa dan keawetan makana tanpa memperdulikan efek bahan yang digunankan terhadap kesehatan masyarakat, hal inilah yang mendorong diperlukannya berbagai regulasi/peraturan dari instansi terkait Agar dapat melindungi konsumen dari pelbagai masalah keamanan pangan dan industri pangan diindonesia. Selain Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang bernaung di bawah Departemen Kesehatan, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan oleh Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, dan Departemen Perindustria rekonstruksi budaya Selain itu diperlukan juga adanya rekonsruksi budaya guna merubah kebiasaan dan memberikan pemaham kepada masyarat akan pentingnya gizi bagi keberlangsungan kehidupan



B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yang ideal bagi masyarakat?
  2. Apa permasalahan gizi yang dihadapi dalam pengolahan dan pengawetan bahan makanan?
  3. Bagaimana Upaya pengolahan dan pengawetan bahan makana dalam mempertahankan tekstur rasa, dan nilai gizi yang terkandung didalamnya
  4. Bahan tambahan makanan (zat aditif ) apakah yang dapat dijadikan bahan untuk pengolahan dan pengawetan bahan makanan
  5. bagaimana pengaruh penggunaan bahan aditif terhadap kesehatan masyarakat?
C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui bagaiman teknik dan cara pengolahan dan pengawetan bahan makanan yang ideal sekaligus implementasinya
  2. Untuk mengetahui pelbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pengolahan dan pengawetan bahan makanan
  3. untuk mengetahui strategi dan upaya dalam mengatasi permasalahan gizi dalam pengolahan dan pengawetan makanan.
  4. untuk mengetahui berbagai bahan tambahan makanan (BTM) yang aman digunakan dalam pengolahan dan pengawetan makanan.
  5. untuk mengetahui pengaruh bahan aditif makanan terhadap kesehatan masyarakat.
D.    PEMBAHASAN
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut masih pantas di konsumsi, secara tepat sulit di laksanakan karena melibatkan factor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya, makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap tahap produksi dan penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia dan fisik, bebas mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau pembusukan (Winarno,1993).
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

1.      Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan makanan

a.       Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
b.      Pengeringan
pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
c.       Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang dengan drastic mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.
Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang – lubang . Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
d.      Pengalengan
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
e.       Penggunaan bahan kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman.
Suatu jenis regenerasi baru growth substance sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
f.       Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.
g.      Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan muntah-muntah, diare, atau muntaber.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis,dll
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat.
Di beberapa kawasan Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama menjadi bagian di dalam menu makanan sehari-hari. Yang paling terkenal tentu saja adalah asinan sayuran dan buah-buahan. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan. Bekasam atau bekacem dari Sumatera bagian Selatan, yaitu ikan awetan dengan cara fermentasi bakteri laktat, bukan saja merupakan makanan tradisional yang digemari, tetapi juga menjadi contoh pengawetan secara biologis yang luas penggunaannya. (F:\Suara Merdeka Edisi Cetak.mht)
h.      Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah  proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan.  Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah.  Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.  Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh dan gelombang elektromagnetikb,aradiasi pengion adalah radiasi partikel    Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyakg digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik.  Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.
Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan.  Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.  Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen
Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas.  Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
Tabel 5.  Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tujuan
Dosis (kGy)
Produk
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
Pencegahan pertunasan
Pembasmian serangga dan parasit
Perlambatan proses fisiologis
0,05 – 0,15
0,15 – 0,50
0,50 – 1,00
Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,
Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering
Buah dan sayur segar
Dosis sedang (1- 10 kGy)
Perpanjangan masa simpan
Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen
Perbaikan sifat teknologi pangan
1,00 – 3,00
1,00 – 7,00
2,00 – 7,00
Ikan, arbei segar
Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku
Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)
Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy)
Pensterilan industri
Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya
10 – 50
Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril
Hanya digunakan untuk tujuan khusus.  Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini
Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.  Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.
Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun sarana iradiasi.  Peraturan tentang iradiasi pangan yang sampai sekarang digunakan antara lain adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 826 Tahun 1987 dan No. 152 Tahun 1995.  Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Undang-undang Pangan No. 7 Tahun 1996.

2.      Permasalahan gizi dalam pengolahan dan pengawetan makanan
Pada pengolahan bahan pangan zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan dapat mengalami kerusakan bila di olah, karena zat itu peka terhadap PH pelarut, oksigen, cahaya dan panas atau kombinasinya. Unsu-unsur minor terutama tembaga, besi, dan enzim dapat mengkatalisis pengaruh tersebut. Bahan makanan mempunyai peranan yang penting sebagai pembawa atau media zat gizi yang di dalamya banyak mengandung zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain-lain. Di dalam masyarakat ada beberapa macam cara pengolahan dan pengawetan makanan yang di lakukan kesemuanya untuk meningkatkan mutu makanan yang di maksut dengan tudak mengurangi nilai gizi yang di kandungnya. Pada dasarnya bahan makanan diolah dengan tiga macam alasan:
  1. Menyiapkan bahan makanan untuk dihidangkan
  2. Membuat produk yang di kehendaki termasuk di dalamya nutrifikasi bahan makanan, (contoh: roti)
  3. Mengawetkan, mengemas dan menyimpan (contoh: pengalengan)
Pengolahan makanan di lakukan dengan maksut mengawetkan, lebih intensif dari pada memasak biasa kecuali bahan makanan harus di masak, juga misalnya pada canning, makanan itu harus di sterilkan dari jasad renik pembusuk. Untuk beberapa jenis makanan, waktu yang di perlukan untuk proses itu cukup lama, sehingga dapat di pahami mengapa kadar zat makanan dapat menurun, akan tetapi dengan penambahan zat makanan (nutrien) dalam bentuk murni sebagai pengganti yang hilang maka hal seperti di atas dapat di atasi.



3.      Pengolahan bahan makanan untuk menyiapkan bahan makanan siap hidang

a.       Bahan makanan yang di olah sebelum di masak.
Bahan makanan segar dapat langsung di masak dan kemudian di hidangkan, akan tetapi ada pula bahan makanan yang harus melalui beberapa cara pengolahan tertentu sebelum dapat di masak, misalnya beras. Untuk memperoleh beras dari padi, padi itu harus di giling atau di tumbuk terlebih dahulu. Setelah di giling, beras ini memiliki beberapa proses pengolahan lainya seperti di simpan, di angkut, di cuci dan sebagainya. Pada proses pengilingan yang di lakukan dengan cara yang kurang hati-hati dapat terjadi hasil dengan kualitas rendah, karena butir beras menjadi kecil (beras menir) sehingga terbuang pada proses pemisahan dengan butir yang tidak pecah. Cara menggiling yang terlalu intensif, sehingga menghasilkan beras yang putih bersih (polished rice) sangat merugikan karena bagian-bagian yang mengandung zat makanan dalam konsentrasi tinggi (lembaga dan kulit ari) turut terbuang. Sebaliknya beras seperti itu tahan lama, sehingga masih di gemari pula.
Presentase beras pecah waktu penggilingan cukup tinggi berkisar antara 8%, ke atas. Hanyalah pecahan butur-butir kecil, yang ikut terbuang bersama dedak, atau di pisahkan dengan saringan dari beras yang di jual kepada para kelas pekerja. Sebagian besar dari butir-butir yang pecah di saring dari derajat kualitas beras yang di jual para pedagang sebagai beras kualitas tinggi. Bila pembuangan dengan di pertahankan di bawah 8%, hanya butir-butir pecahan kecil saja yang di buang, maka hasil dari asal seharusnya 65% berupa beras giling ringan yang mengandung thiamin 2 ug per gram. Berbeda halnya dengan beras yang di peroleh melalui proses penggilingan, pada proses beras yang hanya di peroleh dari hasil penumbukan hasilnya beras tumbuk tersebut tidak tahan lama, tetapi dengan cara menumbuk berbagai zat makanan yang terdapat dalam lembaga dan kulit ari sebagian besar dapat di pertahankan, sebagai jalan tengah beras dapat di giling dengan cara setengah giling (half milled rice).
b.      Bahan makanan pada waktu di masak
Di sini hanya akan di bahas secara umum, dengan mengambil beberapa contoh, mengingat banyak jenis bahan makanan, dan juga banyak cara di lakukan untuk memasak makanan itu. Sebagai contoh akan kita ambil pengaruh memasak terhadap beras, sayuran, dan daging, tiga golongan bahan makanan yang paling penting dan dikenal di Indonesia.
1). Memasak nasi
Untuk memudahkan pengangkutan dan penyimpanan maka beras di masukan dalam karung. Karung ini tidak selalu bersih, banyak di pakai sekali-sekali. Kemudian penjual eceran menjualnya di toko atau di pasar dalam keadaan terbuka tanpa mengindahkan kemungkinan pengotoran oleh debu dan lain-lain. Justru karena itulah beras sering kali kotor mangandung debu, batu-batu kecil dan mungkin masih mengandung gabah serta di hinggapi serangga.
2). Memasak sayuran
Di beberapa daerah di Indonesia sayuran di makan dalam keadaan mentah sebagai lalap. Kebiasaan makan seperti ini baik sekali, karena memberikan pada menu sehari-hari sejumlah besar vitamin dan mineral. Tetapi ada biji-bijian yang sebaiknya tidak di makan mentah karena mengandung zat yang merugikan badan. Sayuran yang sudah di masak berkurang kadar zat makananya, karena pengaruh berbagai faktor selama memasak. Jumlah vitamin dan mineral yang dipertahankan tergantung pada sifat yang di miliki oleh zat-zat makanan itu sendiri serta cara memasakyang di lakukan. Sebagian besar vitamin yang sudah rusak ialah yang tergolong vitamin yang mudah rusak oleh panas, yang larut dalam air dan yang mudah di oksidasikan sehingga berubah sifat. Dalam golongan ini yang paling banyak menderita kerusakan ialah vitamin C. jumlah mineral yang dapat berkurang karena larut dalam air pemasak terutama karena terdapat asam-asam organik yang mempermudah pelarutan mineral itu.
Dengan singkat, faktor-faktor yang dapat merendahkan kadar nutrien di dalam sayuran yang di masak ialah :
  1. bila jumlah air perebus yang di pakai terlalu banyak
  2. bila air perebus ini kemudian bila di buang setelah di pakai, dan tidak terus di pergunakan sebagai bagian dari masakan
  3. bila sayuran akan di rebus itu di potong-potong dalam ukuran yang kecil-kecil, dan di biarkan lama sebelum di masak
  4. bila air perebus tidak di biarkan mendidih dahulu sebelum sayuran di masukan ke dalamnya
  5. bila pada waktu merebus, panci di biarkan terbuka
  6. bila di pergunakan panci atau lainya yang terbuat dari logam yang dapat mengkatalisa proses oksidasi terhadap vitamin, misalnya alat-alat yang terbuat dari besi, tembaga dan lain-lain.
Sangat menarik hal sayuran yang dimasak dalam sedikit lemak (di tumis misalnya), karena lemak ini dapat meninggikan suhu memasak, sehingga suhu yang diperlukan untuk memasak menjadi lebih pendek. Berbagai vitaminyang mudah rusak oleh suhu memasak, biasanya tidak larut dalam lemak dan lemak mungkin dapat melindungi berbagai vitamin yang mudah di oksidasikan oleh zat asam.
3). Memasak daging
Daging dapat di masak dengan mengoreng, merebus atau dengan di panggang. Pada umumnya memasak daging tidak akan menurunkan penurunan nilai gizi, bahkan dengan memasaknya, daya cerna (digestibility) daging jauh lebih baik di bandingkan dengan yang mentah. Ini di sebabakan oleh berbagai proses yang di akibatkan oleh suhu terhadap protein (denaturation and coagulation). Suhu memasak dapat menyebabkan terbentuknya zat-zat dengan aroma yang menarik selera, misalnya bau yang di timbulkan oleh kaldu (boullion), daging panggang dan sebagainya. Mungkin dengan mamanggang daging dapat terjadi penurunan kadar zat-zat makanan karena waktu lemak mencair, mungkin terbawa zat-zat makanan yang larut terbakar di dalam arang dan terjadi ikatan-ikatan organic yang merugikan tubuh.
4 . Pengolahan bahan makanan untuk dijual ke pasar.
Di Indonesia dikenal banyak sekali makanan ynga telah di olah dengan berbagai cara dengan tujuan memberikan variasi dalam menu sehari – hari. Beberapa dari makanan seperti itu memilki nilai gizi yasng tinggi. Untuk menaqrik perhatian pembeli sering makanan atau minuman yang dijual di beri warna. Produsen makanan rakyat sering menggunakan zat warna yang tidak dipruntukan makanan, karena harganya lebih murah. Yang sering dipergunakan dalah zat warna tekstil.
a.      Tempe
Tempe terbuat dari kacang kedelai yang memilki kadar protein tnggi. Seperti diketahui sumber – sumber protein nabati dengan kadar protein yang tinggi, belum tentu tinggi pula nilai hayatinya. Ini disebabkan oleh lapisan selulosa di dalam jaringan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan yang sukar dicerna. Disamping itu pada berbagai kacang terdapat berbagai jenis enzim yang mempunyai fungsi bertentangan dengan enzim – enzim percernaan di dalam tubuh kita (trypsine inhibitor).
Pada pembuatan tempe, jamur yang menumbuhi dapat mencerna sebagian besr selulosa menjadi bentuk yang lebih muda untuk dicerna oleh tubuh manusia. Juga pada proses pembuatan tempe, trypsine inhibitor tadi menjadi tidak aktif lagi, sehingga nilai biologi tempe menjadi lebih baik jika dibandikan dengan kacang kedelai biasa.
b.      Tape singkong
Pada pembuatan tape singkong pada dasarnya ialah proses fermentasi. Hal yang menarik di sini bahwa hidrosianida (HCN) yang mulanya mungkin terdapat dalam sinkong itu akan hilang atau a kan tersisa sedikit sekali setelah diubah menjadi tape. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa keracunan singkong telah membawa banyak korban pada orang – orang yang tidak mengetahui terdapatnya racun ini pada jenis singkong yang tertentu.
c.       Tahu
Makanan ini terbuat dari kacang kedelai dan merupakan makanan yang relative mahal karena tersusun dari dispersed protein yang berasal dari kacang kedelai itu. Pada proses pembuatannya protein kedelai telah di masak dalam waktu yang cukup lama serta di saring, sehingga hasilnya akan mempunyai daya cerna (digestibility) yang tinggi.
d.      Pindang
Makanan ini di buat dengan cara fermentasi juga. Pada pindang yang baik kualitasnya, tulang-tulang ikan pun dapat menjadi sedemikian empuk, sehingga dapat di makan.
e.       Kecap
Kecap di buat dari kacang kedelai yang proteinya sebagian besar telah di hidrolisa (oleh jamur) mendapat campuran asam amino yang mudah di serap.
Ada 6 dasar prinsip pengolahan bahan makanan untuk pengawetan. Keenam prinsip ini adalah:
1)      Pengurangan air – pengeringan, dehidrasi, dan pengentalan
2)      Perlakuan panas – blanching, pasteurisasi, dan sterilisasi
3)      Perlakuan suhu rendah – pendinginan dan pembekuan
4)      Pengendalian makanan – fermentasi dan aditif asam
5)      Berbagai macam zat kimia aditif
6)      Iradiasi
Prinsip pengawetan bahan makanan didasarkan atas bagaimana caranya memanipulasikan faktor – faktor linkungan bahan makanan yang dimaksud. Sebagai contoh mikroba membutuhkan suhu optic untuk pertumbuhannya. Suhu yang lebih tinggi merusak pertumbuhan sedangkan suhu yanag lebih rendah sanagat menghambat metabolisme.
Metabolisme mikroba memerlukan banyak air vbebes penghilangan air secara biologis aktif dengan perlakuan pengeringan atau dehidrasi menghentikan pertumbuhan mokroba. Perlakuan ini juga menurunkan akti fitas enzim dan reaksi – reaksi kimia. Proses ketengikan lipid akan menurun apabila air sruktural yang melindungi dibiarkan tetap seperti semula. Pengaruh penuapan air terhadap perubahan zat gizi dalam prose p[engeringan relative kecil kalau suhu pengeringannya sedang dan bahan makanan dikemas cukup baik. Pengeringan beku yaitu pengringan sublimasi dalam ruangan vakum pada suhu rendah mnemberikan keuntungan lebih daripada pengeringan suhu tinggi ditinjau dari sudut pengawetan gizi.
Pengaruh utama perlakuan panas adalah denaturasi protein seperti innaktif mikroba dan enzim – enzim yang lain. Pasteurisasi membebaskan bahan makan terhadap pathogen dan sebagian besar sel vegetatif mikroba sedangkan sterilisasi dapat didefinisikan sebagai proses memnetikan bsemua mikroba yang hidup. Sterilisasi dengan panas merupakn proses pengawetan makanan yang paling efektif namun mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap zat gizi yang labil, terutuma vitamin – vitamin dan menurunnya nilai gizi protein terutama pada reaksi mallard.
Pengawetan suhu rendah terutama pengawetan dengan suhu beku ditinjau dari banyak segi merupakan cara pengawtan bahan makanan yang aling tidak merugikan. Suhu rendah menghamabat pertumbuhana dan memperlambat laju reaksi kimia dan enzim. Aktifitas enzim dalam danging dapat dikatakan berhenti dalam penyimpanan suhu beku sedangkan untuk penyimpanan bahan makanan sala sebelum pembekuana perlu dikukus terlebih dashulu untuk mencegah perubahan kwalitas yang tidak didinginkan. Susut kandungan vitamin minimal bila dibandingkan dengan cara pengawetan lain. Penyebab utama kerusakan kualitas secara keseluruhan terjadi terutama karena kondisi yang kurang menguntungkan pada proses pembekuan,pengeringan dan pelelehan kristal es (thawing).
Kerusakan bahan makanan yang derajat keasamannya rendah secara relative berjalan cepat. Pertumbuhan organisme penyebab kerusakan bahan makanan sangata terhambat dalam lingkungan yang keasamannaya tinggi. Salah satu cara pengawetan bahan makanan adalah menurunkan Ph bahan makanan tersebut dengan cara fermentasi anaerob senyawa karbohidrat menjadi asam laktat. Keasaman beberapa beberapa bahan makanan dapat dinaikkan dengan penambahan asam seperti cuka atau sama sitrat oleh prose fermentasi kecil. Dalam kandungan zat gizi makanan dapat ditingkatkan terutama melalui sinesis vitamin dan protein oleh mikroba.
Zat aditif berupa zat kimia mempunyai daya pengawet terhadap bahan makanan karena menyediakan lingkungan yang menghambat pertumbuhan mikroba reaksi kimia enzimatis dan kimia. Pengolahan demikian termasuk pola penggunaan agensia kiuring dan pengasapan produk daging, pengawetan kadar gula tinggi untuk sayuran dan buah-buahan serta perlakuan dengan berbagai macam zat kimia aditif. Pengaruh cara initerhadap zat gizi bervariasi namun pada umumnya kecil.
E.     SISTEM MENU

Cara konvensional yang menggunakan jasa manusia untuk meminta
menu pesanan dari pembeli dapat diganti dengan menggunakan alat pemesanan
yang langsung dapat digunakan dari meja pembeli, sehingga efisiensi dan
efektifitas pelayanan dapat terpenuhi dengan maksimal. Berdasarkan hal
tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat aplikasi : “Pembuatan Sistem
Otomatisasi Pemesanan Makanan Pada Restoran Cepat Saji Berbasis
Mikrokontroler AT89S51 dengan 3 Konsul dan Basisdata”. Menu pesanan dari
pembeli dapat ditampilkan pada LCD yang ada pada meja dan pada PC kasir,
sehingga petugas dapat segera menyiapkan menu-menu yang sudah dipesan.
PC kasir dapat menyimpan dan mencetak menu pesanan dari pembeli sebagai
nota pembelian.
The System Menu is software shipped pre-installed into every Wii which allows the launching of games from an officially Nintendo certified game disk, launching of Nintendo Certified channels and Virtual Console and WiiWare titles.
F.     MANAJEMEN SISTEM
Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SMSDM/HRMS), Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS) merupakan sebuah bentuk interseksi/pertemuan antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan teknologi informasi. sistem ini menggabungkan MSDM sebagai suatu disiplin yang utamanya mengaplikasikan bidang teknologi informasi ke dalam aktivitas-aktivitas MSDM seperti dalam hal perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam serangkaian langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencanaan sumber daya perusahaan/enterprise resource planning (ERP). Secara keseluruhan sistem ERP bertujuan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari aplikasi-aplikasi yang berbeda ke dalam satu sistem basisdata yang bersifat universal. Keterkaitan dari modul kalkulasi finansial dan modul MSDM melalui satu basisdata yang sama merupakan hal yang sangat penting yang membedakannya dengan bentuk aplikasi lain yang pernah dibuat sebelumnya, menjadikan aplikasi ini lebih fleksibel namun juga lebih kaku dengan aturan-aturannya.

report in Hotel malaysia


ACKNOWLEGEMENT

            In this good oppurtunity, the writer say thanks to our God. Because thy stil blessing and wonderful mercy so that the writer was able to finish the technical training program at Sunway Lagoon Kuala Lumpur
            In this report, the writer is reqired to felfiil the program which have been specified by the students of Medan Hotel School, beside that, this reporting also as a proof that the writer has been successful in finishing the training.
            Therefore, I would like to express my special thanks to :
1.      Mr. Daniel Sihombing Am, Par. SE, foundation of  MHS
2.      Mr. Aaron Soon, as Chief Excutive Offiecer in Sunway Lagoon.
3.      Afrizal, as senior excutive Entertaiment
4.      To all mentor who had helped  and mentor the writer in finishing the report
5.      To all the writer writer’s parents who had supported the writer starting of the material and supporting.
6.      To all friends of MHS who had helped th writer to finish this report
            The writer,  realizes that this repot ins’t perfect yet. As we hope, so haveby be very glad to receive the suggestion and crities in developing and compliments this reporting.
Medan,     february 2010
                                                                                                The writer

    ( Fredi alfret gohae. )
                                                                                          Nim : 200830003


TABLE OF CONTENT

 




ACKNOWLEDGMEN      …………………………………………….     i
TABLE OF CONTENT       …………………………………………...    iii

CHAPTER I:            INTRODUCTION

1.1              Background of Training …………………….......      1
1.2              Description of Training …………………………      2

CHAPTER II: GENERAL DISCRIPTION OF HOTEL

2.1        Introduction .........................................................      3
2.2        History of Place ………………………………...      3
2.3        The History  of Park …………………….………     4
2.4        Theme Park  Facilities  …………………………       4
2.5        Public  Facilities ………………………………..       7
2.6        Organization chart ………………………………     9

CHAPTER III: ACTIVITIES DURING TRAINING

3.1              Introduction ...........................................................    10
3.2              Job Description ………………………………….     11
3.3              The Writer’s Activity During Training  ………..       12
3.4              Relation with Other Section…………….……….     12
3.5              Facilities or Activities Of  Entertainment Department….13
3.6              Organization Chart on Entertainment…………..       16
CHAPTER IV CONCLUSION & SUGGESTION
4.1              Conclusion ……………………………………..       17
4.2              Suggestion …………………………………….        18






CHAPTER 1
INTRODUCTION

1.1  Background of Training
Job training is one of the activities which give students the opportunity to get direct experience in the company and would increase their professionalism.
Industrial training may help students to develop their tourism knowledge. With the knowledge gained from Tourism Academic of Medan Hotel School, the writer could practice directly in the hospitality industry especially in hotel management. Basically the purpose of this training is to train students to become a professional worker.
Nowadays, tourism is a very important aspect in generating a country’s revenue. It is used as a bridge to develop and grow the country’s economy. Many hotels are built close to the tourist spots. These places attract foreign travelers which will then spend their time and money which result to the country’s income. One good example is Berjaya Times Square Hotel & Convention Centre (BTSH) where the writer did his practical training. BTSH is one of the in famous hotels in Kuala Lumpur, Malaysia.
The writer was very proud to have the chance to do his training in overseas, especially in BTSH Malaysia. By doing practical training there, the writer gained a lot of experience and able to meet many people from all over the world. Further details on the job training will be explained in the next part in this report.
The industrial training is a good chance for the writer to apply his skills in hotel management. It enables the writer to experience the real-life industry and also to improve his English and learn to adapt to the new society.
The writer hopes that the knowledge gained from the industrial training in BTSH will be useful as a capital to compete with others in the related industry.

1.2  Description of Training
The writer’s training started from January to July 2007 in Berjaya Times Square Hotel Kuala Lumpur, Malaysia. The writer worked in 2 (two) departments which are Housekeeping department and Front Office department at reservation. However, the writer would focus more on the experience in Housekeeping Department as a Room Attendant.
While being trained as a Room Attendant, the writer has learnt on how to prepare the room which is comfortable and enjoyable for the guess. The writer has to follow the Standard Operationing Procedure of the hotel as guidance especially at Housekeeping Department. 
Housekeeping Department consists of Clerk or Housekeeping Operator, Floor Supervisor, Linen Attendant (Runner), Room Attendant, and Public Area.
Basically, Room Attendant must know how to handle guest’s inquiries inside the room. Besides, as universal knowledge, he must know how to set up the bed and prepare the room which is clean and complete hence satisfy the guest.
Furthermore, the writer will explain all the activities during the training period in Berjaya Times Square Hotel Kuala Lumpur in more completely in the next chapter.






CHAPTER II
GENERAL EXPLANATION

2.1       History of Place
Berjaya Times Square Hotel and Convention Center is located right on the heart of the Golden Triangle of Kuala Lumpur at Jalan Imbi No.1. The distance from the Kuala Lumpur International Airport (KLIA) is about 75 Km which takes about an hour drive. Whereas, Kuala Lumpur Central Station (KL Sentral) is 4 Km away and it takes 6 minutes only to reach by KL Monorail.  There are many star hotels and shopping centres around that area such as Plaza Berjaya, Imbi Plaza, Sungei Wang, Amoda, Pavillion, and etc.

2.2       History of Hotel
            Berjaya Times Square Hotel and Convention Center was opened in 29th September 2003. It consists of 2 (two) towers which are East Tower and West Tower. Starting from level one to level thirteen is used as shopping complex. It has 45 floors in total counted from the lower ground. Both of the towers have 1146 rooms which are located on level 14 onwards. It is adjoined to Times Square, with a plentiful selection of seven different types of suites ranging from the modestly proportioned Studio Suite to the two-bedroom Brooklyn Suite. The 44th floor is used for penthouse and on there is a helipad on the top of the East Tower. There are 14 major thrilling rides at the indoor theme park to a wide range of 900 retail shops plus IMAX 3D and 2D theatre, 9 Cineplexes, 65 food and entertainment outlets are also available all under one roof.
Berjaya Hotel & Convention Center with other leisure resort is under Berjaya Land Berhad (201765-A) which is a subsidiary of Berjaya Group of Companies, a public listed Malaysian conglomerate. At present, the group operates 18 local and international hotels and resort which is growing. Berjaya Group also owns and manages premier country clubs, 12 premier hotels and resorts and also several up market condominiums and service suites in Malaysia.

2.3       Hotel Classification
            According to the classification, Berjaya Times Square Hotel & Convention Center can be categorized as follows:
           
2.3.1 According to the hotel location
            Berjaya Times Square Hotel & Convention Center is located in the heart of Kuala Lumpur’s central district. The KL Monorail stops just right in front and linked to Times Square. By taking KL monorail, it takes 6 minutes to KL Sentral Station and it is about an hour drive from Kuala Lumpur International Airport (KLIA). It is an excellent location for key conferencing and banquet functions. BTSH also has a spectacular view of the city skyline especially at night; therefore guests may enjoy the view of beautiful glittering city lights from their rooms. Guests can also witness the in famous Petronas Twin Towers from the heli­-pad in some selected rooms.



2.3.2 According to the star
            Berjaya Times Squares Hotel & Convention Center is classified as five stars hotel because it has more than 1000 rooms and due to the facilities which fulfill the required standard.

2.3.3 According to the room
This hotel has 900 suites rooms with the types as follows:
Type
Suite Category
Sq Ft
Sq M
B
Studio Suite
550
51.0
E
Standard Suite
578
23.7
C
Superior Suite
612
56.8
D1
Deluxe Suite
634
58.9
D
Premier Suite
665
61.8

NYC Suite
915
85.0
A
Brooklyn Suite (2 Bedrooms)
1070
99.4

All suites have individual controller with air-conditioning, a living room and a dining room, long bath and separate shower area, a 29-inch color television, IDD telephone line, a stereo with CD/ VCD functions, a mini refrigerator and a coffee/ tea-maker. BTSH Kuala Lumpur also has three kind of Penthouse as follows:
a.       Penthouse no P-05 (Royal Suite) – 3,831 sq ft
b.      Penthouse no P-07 (Ambassador Suite) – 3,799 sq ft
c.       Penthouse no P-01 (Empress Suite) – 3,799 sq ft
2.4 Hotel Facilities
            Berjaya Times Square & Convention Centre is a premier 5-star hotel. It offers good facilities as follows:
2.4.1 Food and Beverage Facilities
                        2.4.1.1 Big Apple Restaurant
                                    a. Buffet (180 packs)
Guests can enjoy represented typical food amongst Western food, Malay food, and Chinese food. During buffet, many kinds of salads and cakes are also provided. The varieties of fruits are changing everyday.
Operation hours:
Breakfast:        07.00 am to 10.30 am
Hi-tea:             12.30 am to 00 00 pm

                                    b. Ala Carte
Providing cookery assorted choices: Local & Western cuisine, Italian delight, Thai temptations, appetizer and inspired dessert assorted ice cream and cakes. In Ala Carte, guests need to order food from the waiters. These waiters are skillful employees with good command of English and some of them speak Chinese too.
                        2.4.2 Banquet Facilities
Berjaya Times Square provides conference and facilities as follows:
                                    2.4.2.1 Manhattan Ballroom
                                    2.4.2.2 Seven (7) meeting rooms or Bronx (I-VI)
                        2.4.3 Accommodation Facilities
                                    2.4.3.1 Separate living and dining area
                                    2.4.3.2 Controlled air-conditioning
                                    2.4.3.3 Bathroom with separate shower, long bath and bidet  
                                    2.4.3.4 A 29-inch colour television
                                    2.4.3.5 Mini stereo with CD/ VCD functions
                                    2.4.3.6 Mini refrigerator
                                    2.4.3.7 Coffee/ tea-maker
                                    2.4.3.8 IDD telephone line
                                    2.4.3.9 Individual controlled air-conditioning
                                    2.4.3.10 Internet access (in selected rooms)
                                    2.4.3.11 Laptop size in-rooms safe (in selected rooms)
                                    2.4.3.12 Hair dryer
                                    2.4.3.13 Holy Bible
                                    2.4.3.14 Satellite broadcast (in selected rooms)
                                    2.4.3.15 Sofa bed (in selected rooms)
                                    2.4.3.16 Iron and ironing board (upon request)

                        2.4.4 Recreational Facilities
                                    2.4.4.1 Fitness center
                                                Located on level 15 at Tower B
                                                Operation hours are from 07.00 am to 10.00 pm
                                                (Free of charge for In-house guest)
                                    2.4.4.2 Steam and Sauna room          
                                                Located on Level 15 at Tower A
                                                Operation Hours are from 08.00 am to 10.00 pm
                                    2.4.4.3 Swimming Pool
                                                Located on level 15 at along both towers
                                                Operation hours are from 08.00 am to 10.00 pm
                                    2.4.4.4 Squash Courts
                                                Located on level 14 at Tower A
                                                Operation hours are from 08.00 am to 10.00 pm
                                    2.4.4.5 Kids Playground
                                                Operations hours are from 08.00 am to 10.00 pm
2.4.5 General Services & Facilities
                                    2.4.5.1 Security and Closed Circuit TV with 24-hours surveillance
                                    2.4.5.2 24-hours Concierge
                                    2.4.5.3 Limousine Services
                                    2.4.5.4 Car Rental
                                    2.4.5.5 Business Centre
                                    2.4.5.6 Laundry, dry cleaning & pressing
                                    2.4.5.7 Parcel & postal service
                                    2.4.5.8 Foreign currency exchange
                                    2.4.5.9 Kiblat sign for Muslim guests
                                    2.4.5.10 Major credit cards accepted

                        There are some discount facilities on selected credit cards and member
clubs in 2006-2007 as follows:
2.4.5.11 American Express (valid till 31 December 2006) card    holder is
entitled for 25% discount on food and beverage excluding     tobacco,
alcohol, weekday buffet and special promotion.
2.4.5.12 Hong Leong Bank (valid till 30 June 2006) card holder is entitled
for 25% discount on food and beverage excluding tobacco,  alcohol, and promotional items.
Hotel room package at RM280++ for 1 bedroom studio or   standard suite including 2 breakfasts (additional Rm30++ upgrade to each category)
Hotel room package at RM580++ for Brooklyn suite including 4 breakfasts
2.4.5.13 Public Bank (on going till further notice) car holder is entitled for
25% discount on food and beverages excluding tobacco, alcohol  and promotional items.
Hotel room package at RM240++ for 1 bedroom studio standard suite including 2 breakfasts
2.4.5.14 Visa Platinum (valid till 30 June 2006) car holder is entitled for       
25% discount on food and beverages excluding tobacco, alcohol  and weekday buffet.  
Hotel room package at RM240++ for 1 bedroom Studio or Standard Suite only and including 2 breakfasts
                        2.4.5.15 BTSHCC Privilege Card (ongoing till further notice)
                                    2 person dining – 50% discount on food and beverage excluding
                                    tobacco, alcohol and promotional items.
                                    3 person dining – 30% discount on food and beverage excluding
                                    tobacco, alcohol and promotional items.
                                    4 person dining – 25% discount on food and beverage excluding
                                    tobacco, alcohol and promotional items.
                                    5 person dining – 20% discount on food and beverage excluding
                                    tobacco, alcohol and promotional items.
                        2.4.5.16 On card – The Buffet Club (ongoing till further notice)
20% discount on food and beverage excluding tobacco, alcohol and promotional items. Offer is not valid on Christmas Eve, Christmas Day, New Year’s Eve, Valentine’s Day and Mother’s Day.
                        2.4.5.17 Berjaya Staff (valid till 31 March 2007) Room only
                                    Studio/ Standard: RM198++ (additional RM30 nett to upgrade to
each category)
Brooklyn:        RM448++
20% discount on food and beverage excluding tobacco, alcohol and promotional items. Valid upon presentation of staff ID.
            2.4.6 Berjaya Times Square Shopping
                        2.4.6.1 Malaysia’s first IMAX 3D and 2D theatre
                        2.4.6.2  1 Major department store
                        2.4.6.3 1 Supermarket
                        2.4.6.4 9-screen Cineplex
                        2.4.6.5 12 levels of leisure, entertainment and shopping complex
                        2.4.6.6 14 major rides at the indoor theme park
                        2.4.6.7 20 tour coach bays
                        2.4.6.8 47 elevators
                        2.4.6.9 56-lane bowling alley center
                        2.4.6.10 65 cafes, bistros, restaurants and fast food outlets
                        2.4.6.11 162 escalators
                        2.4.6.12 900 retail outlets
                        2.4.6.13 4500 car park bays
            2.4.7 Clinic
                        It is the place for the guests and staffs for checking-up their health and has
the medicines. Price is applied on terms and conditions.
Operation Hours: Monday to Friday 09.00 am to 10.00 pm.Clinic closed on Saturday,Sunday and also on Public Holiday.For staff Berjaya Times Square and Convention Center have to present their ID card and also give them a medical slip,which is already signed of head department.

CHAPTER III
ACTIVITIES DURING TRAINING

3.1       Introduction
            Activities during training at Housekeeping Department will be further explained in this chapter in more details. The position as Housekeeping Attendant is constantly challenging, therefore the writer needs to adapt and carry out his tasks effectively and efficiently. The job description which will be explained is closely related to any job position in this field especially in Berjaya Times Square Hotel. However, the management seeks the understanding of incumbent to allow some percentage of varities on the performance and execution of the job functions as needed by the property.
            Having understood the contents of the job description of a housekeeping attendant, the writer shall sign bellow accepting the same treatment and work together with the management and organization of Berjaya Times Square & Convention Center for a rewarding and successful future.

3.2       Job Description of Waiter
            Basically, a Room Attendant must ensure that he/she meets the organization’s expectations. Additionally, cleaning occupied rooms and ensuring guest’s satisfaction on a daily basis is part of the tasks. Hence, the following are the guidance principles being a room attendant:


3.2.1    How to clean an occupied room
            3.2.1.1 Prioritize the room with make signs. If there is a DND sign, follow-up
with your supervisors so that they can contact the guest between 1 to 2 pm to check with them on the status of the room.
3.2.1.2 Ring the bell at the door once, followed by appropriate greeting, say this is
your Room attendant (state your name), and ask the guest whether they need us to clean the room.
3.2.1.3 Open the door wide and block the cart. Place the key with energizer in the
holder close to the entrance door to switch on the lights and air conditioning.
            3.2.1.4 Adjust the thermostat control to the standard temperature.
            3.2.1.5 Open wide the curtain.
            3.2.1.6 Strip the bed.
            3.2.1.7 Collect all trash and clean table ashtray.
            3.2.1.8 Collect any service tray, dishes and call Room Service to pick up.
            3.2.1.9 Make the bed using fresh linens.
            3.2.1.10 Wipe out dust and replenish supplies.
3.2.1.11 Wash drinking glasses, refill cold water in jug & replenish mini bar
   consumption.
            3.2.1.12 Vacuum carpeted floor.
            3.2.1.13 Clean the bathroom bowl, bathtub, sink, etc.
            3.2.1.14 Wipe the bathroom dry including fixtures.
            3.2.1.15 Spray the room with air freshener.
            3.2.1.16 Close the curtain.
            3.2.1.17 Check maintenance deficiencies and report to the supervisor.
            3.2.1.18 Take a last glance of the room if everything is in proper order and
   nothing is missing in the room.
            3.2.1.19 Remove the key in the energizer holder, return back the make up sign
   into its original position.
            3.2.1.20 Close the door gently and proceed to the next room.
3.2.2    How to clean a check-out room
            3.2.2.1 Switch on all lights, to check if they all are working
3.2.2.2 Check if mini bar consumption (if such service is provided) of the
previous guest has been reported. If there is any, report to Housekeeping/ Front Office cashier for necessary late charges.
            3.2.2.3 Check if the guest left the safety deposit locked. Advise your supervisor so
they can coordinate with Front Office Manager for necessary action.
            3.2.2.4 Open the blackout curtain.
            3.2.2.5 Collect and place all the rubbish into a plastic bag. Wash and wipe dry the
 waste bins and return to their proper places.
            3.2.2.6 Collect all used glasses, ashtray and bring them to the bathroom sink for
washing.
            3.2.2.7 Strip the bed (replace bed pad and duvet with stain only). Place duvet and
pillows.
            3.2.2.8 Bring soiled linens to cart’s canvas and prepare to make the bed.
            3.2.2.9 Do the dusting and replenish bedroom supplies.
            3.2.2.10 Wash used drinking glasses, refill jug with cold water and clean table
   ashtray then return them to its original set up.
            3.2.2.11 Vacuum carpeted floor and clean the bathroom then wipe dry the
   bathroom including the fixtures.
            3.2.2.12 Replenish solid towels and bathroom amenities.
            3.2.2.13 Check maintenance deficiencies and report to your immediate supervisor
   for proper and immediate action.
            3.2.2.14 Take a last glance of the room if everything is in proper order.
3.2.3    How to make a bed
            3.2.3.1 Check the bed skirting whether it is in proper place and clean.
            3.2.3.2 Arrange the bed pad on the center of the bed mattress.
            3.2.3.3 Pull the bed away from the head board to have access in moving anywhere
around the bed.
            3.2.3.4 Spread the first sheet on top of the mattress with the underside (hemline)
 nit in reverse and the sheet edges are equally hanging in four sides.
            3.2.3.5 First tuck in the top edge in between the back spring and mattress (near the
headboard), then fold firmly (envelope style) on both sides (left and right).
            3.2.3.6 Pull firmly the bottom edge of the sheet and then tuck in from both sides.
            3.2.3.7 Spread the second sheet with the reverse under side (hemline) on the bed.
The top edge of the sheet should be leveled evenly in the edge of the mattress head.
            3.2.3.8 Spread the duvet with the fresh cover on top of the sheet, approximately
six inches away from the headboard.
            3.2.3.9 Fold the top of the second sheet approximately two inches then fold again
to cover the duvet.
            3.2.3.10 Tuck in both sides along the head portion allow one side to tuck in half
                        portion only (esp. the portion near the light or side table) for the purpose
of opening the bed during turn down service.
            3.2.3.11 Pull firmly the sheets and duvet at the foot of the edge of the bed, then
  tuck in tightly including the two sides.
            3.2.3.12 Change the cases of pillows and place near the headboard of the bed.
            3.2.3.13 Spread the bedcover and tuck in the pillows to the bedcover.
            3.2.3.14 Push the bed back in its original against the wall/ headboard. Ensure that
  the bedcover hangs evenly on both sides and feet of the bed.

3.2.4    How to set-up Room Attendant’s cart
            In order to present an orderly and well-arranged cart on the floor and organize the work all Room Attendants must follow the procedure. The procedure in arranging guest amenities or stocking guest supplies good for six (6) rooms and replenish lunch on top of organizer box are as follows:






  1. 4 rolls toilet papers
c. 4 box facial tissues
e. 12 bottle conditioners
g. 12 bottle moisturizers
i. 12 bottle shampoos
k. 12 bottle bath foams
m. 12 pkt. Cotton balls & tips
o. 12 pcs toothbrushes
q. 12 pcs shower caps
s. 12 pcs shavers
u. 12 nos. soap
w. 6 sewing kits
b. 1 candleholder
d. 2 ashtrays
f. 2 drinking glasses
h. 6 ball pens
j. 2 stationery folder
l. 12 stationery paper
n. 3 hotel magazines
p. 3 service directories
r. 12 breakfast menu/ doorknob menu
t. 12 envelopes
v. 6 notepads
x. 6 utility bags

Arrange properly the following folded linens and towels in shelving of cart:
  1. 12 bed sheets
  2. 12 pillowcases
  3. 12 bath towels
  4. 12 hand towels
  5. 12 face towels
  6. 6 bath mats
  7. 6 duvet covers (3 for king size, 3 for twin size)


Arrange the following cleaning supplies in a plastic pail:
  1. Sponge/ scouring pad
  2. Toilet bowl brush
  3. Rags (glass/ dust cloth)
  4. Rubber hand gloves
  5. Window squeeze
  6. Atomizer for: air freshener, glass cleaner, furniture polish and disinfectant.
Install clean linen and trash canvas in both corners of the cart.
  1. Place a plastic trash bag in trash canvas.

3.3       The Writer’s Activity During Training
            The writer’s activities during training in Berjaya Times Square Hotel & Convention Center as a room maid and the terms used are as follows:
            3.4.1 Occupied Cleaning: room with guests but still in good shape.
            3.4.2 Occupied Dirty: room with guests and in a state of dirty.
            3.4.3 Vacant Dirty: room in empty status which is dirty.
            3.4.4 Vacant Cleaning: room in empty status and in a state of clean and tidy.
            3.4.5 Expected Departure: room which is still occupied by guests who are
         checking out immediately.
3.4.6 Expected Arrival Dirty: room with booked status but still in a dirty state.
3.4.7 Do Not Disturb (DND): room with guests resting.
3.4.8 Double Lock: room which is locked from within room which needs
         additional key which is available at room’s door.

3.4       The Writer Solving Problem
            During the training in Berjaya Times Square especially in the Housekeeping Department the writer encountered some problems. However, since the writer was trained by the senior staff, fortunately all problems could be handled at that time. For instance, sometimes there are some guests which don’t feel satisfied with the service. This happen when there is not enough equipment which is needed in the room, therefore the writer must know how to speak politely and apologize properly and hence to please the guess.
            At other time, there are some trainees who do not obey the rules during their duties. For instance, not being punctual on working time and being playful while doing their tasks. The writer realized that those attitudes are not good and need to be changed in order to become a good trainee. The writer also realized that all the responsibility given must be done with pleasure and passion in order to achieve something better in future.

3.5       Relation with Other Section
            In the hospitality industry, keeping good relationship is a very important aspect, be it with our own department partners or other departments’ staffs. Having good cooperation with other is an advantage. Housekeeping Department is keeping good relationship with some other departments such as:
           


3.4.1    Front Office Department
                        The Front Office services always informs to the Housekeeping  Department concerning the arrival, room changes, departures, and maintains a detail up to the minute inventory of rooms and occupancies.
            3.4.2    Food and Beverage Department
            The room boy/ maid give information to the Food and Beverage Department about the dirty service equipment from the guest rooms. So the waiter/ waitress can clear up the dirty service equipment from the guest room or corridor.
            3.4.3    Maintenance Department
            Room maid gives information to the maintenance department about the broken equipment in the hotel. So that the maintenance department can maintain and repair all installations, equipment, machines, building, and other hotel properties.
            3.4.4    Security Department
            The security has the main function in keeping the stabilization in the hotel especially around the guess rooms.
3.6       Differences with Theory
            Although the writer is majoring in Academic of Tourism for Diploma, there is not much different between training in Berjaya Times Square Hotel & Convention Center and the theory which has been learnt from college. Therefore, during the training the writer could apply all the knowledge into real working experience. With the help of the knowledge gained in college, the writer was able to complete the tasks and duties given during training. Besides, all the staffs have also participated and given guidance and responsibility in completing the tasks given.

3.7       The Organization Chart of Housekeeping Department






CHAPTER IV
CONCLUSION AND SUGGESTION

4.1       Conclusion
            In this chapter, the writer will give out the conclusion during the 6 months training in Berjaya Times Square Hotel & Convention Center Kuala Lumpur, Malaysia. Those conclusions are as follows:
            4.1.1 Berjaya Times Square is a five-star hotel in Kuala Lumpur, Malaysia which
         is accredited as Five Star Hotel.
4.1.2 Most of the guests are from the Middle East, Australia, India, Pakistan,
                     China, Singapore, North America, and Indonesia.
            4.1.3 Training is one practical study to build up a professional worker for future
         use especially for the hotel management industry.
4.1.4 The writer could maintain the job especially in Housekeeping Department
          on how to follow the rule of Standard Operational Procedure in Berjaya 
          Times Square Hotel Kuala Lumpur, Malaysia.
4.1.5 The writer is very proud to have the chance to do job training overseas.
4.1.6 Have a good team work with the staffs to make job easier.
4.1.7 Every complain and problem faced during training must be solved in a good
         way.



4.2       Suggestion
            The writer has some suggestions that  will be useful in the future, some of them are as follows:
            4.2.1 All departments must have a good connection. As in the hospitality industry service is the number one important aspect, the management entertaiment should set up a competitive environment which will make the employees to perform better in serving the guests in future.
            4.2.2 Manager of Entertaiment Department should  accept all  comments from  his staff on what the entertaiment  is doing. This will be make the staff feel apreciated.
            4.2.3 All the staffs must be responsible with their given duties/ tasks to make caracter.
            4.2.4 Try to accept differences that you encounter in the job training.
            4.2.5 The supervisor of Housekeeping must be able to keep a good relationship
                     with his team and gain their respects.



           

           




ON JOB THE TRAINING
IN
SUNWAY LAGOON THEME PARK
MALAYSIA














By:
FREDI ALFRET GOHAE
Nim : 200830003

AKADEMI PRIWISATA
MEDAN HOTEL
SCHOOL

JL. A. H. nasuton komp. Griya Milala Mas Blok A No. I  Medan
Telp: 061-7852956